Kamis, 04 Februari 2010

Takut


"...Sesungguhnya aku takut, jika aku mendurhakai Rabbku, akan 'adzab di hari yang agung." (Al An'aam 15)

Ketakutan adalah energi jiwa, untuk membentengi diri dari perbuatan yang mengundang murka Illahi. Rasa takut akan kengerian yang lebih besar, kengerian neraka, kengerian zaqqum, kengerian makan nanah & darah, kengerian malaikat zabaniyah, kengerian malaikat yang ghilladhun syidaad, panas, perih, ngilu, kehausan abadi, minuman yg membakar... Kengerian2 itu semua membuat sambitan Abu Jahal, timpukan 'Uqbah ibn Abi Mu'ith, cambukan 'Umayyah ibn Khallaf, ejekan dan lemparan kotoran Abu Lahab...semuanya hanya bagaikan gelitikan yg membuat para ahli iman tertawa. Bahkan ketika kita menyaksikan mereka menitiskan airmata, yakinlah bahwa itu airmata karena menahan tawa.

Allah..

Mungkin makna lain yang indah dari takut adalah 'pengawasan'. Dalam pengawasan Allah, kita berusaha hidup dalam keshalihan. Karena kita lebih patut untuk malu dan takut kepada Allah yang selalu membersamai.

"Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia, dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Qaaf 16)

Ketakutan kita pada Allah bukanlah gigil kengerian. Ia adalah kesadaran. Ia adalah kehati-hatian. Ia pun justru ketenteraman. Setenteram sejuknya ayat ini menghidupkan hati:
"Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya, dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat kembalinya." (An Nazi'at 40-41)

Dikutip dari buku "Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim", karya Salim A. Fillah

1 komentar: