Selasa, 02 Februari 2010

Berjamaah


Bebek adalah binatang yang memiliki intelegensi ( tingkat kecerdasan ) yang rendah jika dibandingkan dengan Anjing. Anjing mudah dilatih dan memiliki tingkat intelegensi yang tinggi. Disamping itu, Anjing mampu mendengar jenis suara rendah ( infrasonic ) pada jarak sekitar 20 meter.

Namun demikian kita jarang mendengar ada bebek yang tertabrak! Sedangkan kita sering melihat banyak anjing yang tertabrak! Mengapa?

Ternyata bebek memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki anjing. Bebek senantiasa hidup berjamaah, kompak dan satu gerak. Ke mana pun bebek pergi senantiasa beserta jamaah ( rombongannya ). Bebek pun binatang yang istiqomah dalam bersikap dan bertindak. Ketika bebek sedang berada di dalam kandang ia bersura, “wek…wek…wek!” Begitu juga ketika bebek berada di jalan, di sawah, di perkampungan bahkan di mall-mall atau swalayan dan di istana Negara, mereka senantiasa bersuara , “wek…wek…wek!” sungguh istiqamah! Ketika rombongan bebek berada di jalan raya dan bermaksud menyebrang, maka seketika para pengguna jalan berhenti sejenak menghormati iring-iringan bebek itu.

Berbeda dengan anjing, kebanyakan kehidupannya sendiri ( infirodhi ) tidak mau dan bahkan jarang berjamaah. Anjing pun binatang yang tidak istiqamah dalam berucap atau bersuara. Kepada orang lain yang tidak dikenalnya ia menggonggong tetapi kepada tuannya ia bermanja-manja. Meskipun memiliki tingkat kepekaan tinggi dalam mendengar suara rendah, tapi karena kehidupannya tidak berjamaah maka ia sering tertabrak di jalan raya.

Mari belajar dari bebek, istiqamah dan berjamaah menjadi kunci dalam kehidupan beragama . Pertolongan Allah Swt berserta jamaah. Jangan jadi seperti anjing, tidak mau berjamaah. Kalaupun anjing mau berjamaah ia selalu ribut dan bertengkar dengan sesamanya dan tidak istiqamah dalam bersikap dan berucap.

Lihatlah air! Pelajarilah air! Bergurulah pada air! Air senantiasa mengalir ( bergerak) yang dengan pergerakannya menjadikan suci dan mensucikan untuk thaharoh ( bersuci). Dalam pergerakannya air selalu mencari tempat yang rendah ( dalam hidupnya selalu tawadhu, dan berkaca pada kehidupan orang yang berada dibawahnya). Jangan sekali kali mengambat pergerakan air karena jika air menggenang ia akan menjadi sumber penyakit, menjadi tidak suci untuk dgunakan bersuci, menyebarkan bau busuk dan merusak struktur tanah yang digenanginya. Air bergerak menuju lautan. Dari sungai atau selokan mana pun asal air mengalir, ujung-ujungnya akan menuju lautan, bergabung dengan kekuatan jamaahnya dilautan. Walau dalam perjalanannya air terhambat batu, dan berpencar dengan teman-temannya tapi kemudian akan berpadu kembali sebagai kekuatan baru.

Jika air menempati sebuah wadah atau apa saja, ia akan mengisinya sama rata, penuh keadilan. Dalam pergerakannya, air senantiasa mencari celah untuk menerobos tidak pernah putus asa. Falsafah air memang bergerak dan bergerak. Selama ia bergerak dengan kekuatan jamaah maka ia menjelma menjadi satu kekuatan dahsyat sebagaimana air di bendungan atau topan badai di lauatan! Sebaliknya jika air berhenti bergerak, diam stagnan ( mandeg ) maka menjadi peyebab datangnya penyakit. Jika ummat Islam bergerak secara ijtima’i ( bersama – sama ) dalam menjalankan agamanya dan berdakwah keseluruh alam maka Islam sebagai satu kekuatan hidup ( the power of life ) kembali akan diamalkan oleh kaum muslimin.


Writen by;
Abu Aufa Abdillah, S.Pd. from Muhammad Fathoni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar